Javaansche Padvinder Organisatie, Organisasi Kepanduan Bentukan Pribumi Pertama

Anggota Pandu JPO berfoto bersama (waktu dan tempat tidak diketahui). (Sumber: KITLV Leiden).


GUBUKBERKISAH- Pramuka Solo sudah sepatutnya berbangga karena dulunya organisasi kepanduan pertama bentukan pribumi lahir disini.  

Organisasi tersebut bernama JPO, singkatan dari Javaansche Padvinders Organisatie. Berbeda dengan NIPV (Nederlands Indische Padvinder Vereeniging) yang notabene bentukan Belanda. 

JPO lahir dari spirit nasionalisme yang tumbuh di kalangan pemuda Indonesia pada masa pergerakan nasional.  Kemunculan JPO juga dipicu lantaran para pemuda saat itu keberatan untuk bersetia kepada Ratu Belanda saat bergabung di NIPV. 

JPO berdiri pada September 1916. Pendirian JPO ini merupakan prakarsa K.G.P.A.A Mangunegara VII yang merupakan seorang aktivis Budi Utomo. 

Menurutnya, pendirian organisasi kepanduan akan sangat membantu upaya pergerakan nasional dalam mencapai kemerdekaan. 

Bukan hanya tujuan politis untuk mencapai kemerdekaan, namun juga sebagai bentuk memajukan kehidupan sosial di sekitar Kadipaten Mangkunegaran. 

Pada awal pendiriannya JPO menghadapi masalah internal yang cukup menghambat laju organisasi. Elit dan eksklusif, keanggotaan JPO mulanya hanya ditujukan untuk kalangan ningrat di dalam Pura Mangkunegaran. 

Hal tersebut diperkeruh adanya pandangan masyarakat saat itu yang masih menganggap kepanduan begitu identik dengan gaya kebarat-baratan yang sulit dimengerti. Inilah yang menjadi kendala JPO secara internal dalam membesarkan organisasi kepanduannya.

Namun seiring berjalannya waktu, JPO berbenah diri. Hingga pada tahun 1923, JPO berhasil memiliki 5 cabang yaitu Solo, Tasikmadu, Colomadu, Baturetno, dan Karanganyar. Ekspansi JPO mencapai puncaknya pada tahun 1937 dengan memiliki 28 cabang dan 6000 anggota .

JPO tidak hanya aktif secara internal namun juga menjalin komunikasi dengan organisasi kepanduan lainnya seperti JJP (Jong Java Padvinderij) underbouw Jong Java yang kemudian beberapa kali aktif berpartisipasi dalam kongres kepanduan. JPO bahkan pernah mengirimkan 6 perwakilannya dalam Jambore Dunia 1937 Belanda yang diadakan di Volegenzang, Bloomendaal. 

Kelahiran JPO nampaknya turut memicu lahirnya organisasi serupa di Hindia Belanda. Tercatat sejumlah organisasi seperti Hizbul Wathan (HW) bentukan Muhammadiyah, Nationale Padvinderij milik Budi Utomo ikut berdiri. 

Disusul Nationale Padvinder Organisatie (NPO) pada 1923, hingga Pandu Pemuda Sumatera di bawah naungan Jong Sumatranen Bond. 

Sayang setelah bergabungnya JPO ke NIPV (Netherlands Indische Padvinder Vereniging) pada kurun waktu 1939 hingga 1942, menyebabkan banyak anggotanya yang keluar karena tidak setuju dengan keputusan tersebut. JPO ikut dibubarkan beriringan dengan masuknya Jepang ke Indonesia di tahun 1942 karena kebijakan yang melarang adanya perkumpulan bagi orang-orang bumi putera. 

Meski JPO telah dibubarkan, Pramuka Solo harus tetap berbangga karena spirit of scouting yang pernah ada dan berkembang maju di kota ini. 

Kelahiran JPO dan gemilangnya sebagai organisasi kepanduan pertama bentukan pribumi, harus dimaknai sebagai semangat dalam mengembangkan organisasi Gerakan Pramuka sekarang. Bukan saja maju dan berkembang secara internal, namun berdampak juga bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. 

Sumber referensi  : Pujiartati, Renny. Joebagio, Hermanu. Isawati. Javaansche Padvider Organisatie di Mangkunegaran (1916-1942). Jurnal CANDI, 13(1), 108-118.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.